MenurutImam Al Ghozali zuhud adalah memalingkan diri dari kehidupan Dunia, dan tertuju kepada Allah SWT. Sdangkan menurut Ibnu Taimiyah, Zuhud adalah 'meninggalkan apa yang tidak bermanfaat, demi kehidupan Akhirat'. Atau mengatur kadar kecintaan kita terhadap kehidupan Dunia, agar dapat menjadikan Akhirat sebagai tujuan hidup utama.
KemurahanHati Alphonso Davies, Niat Berikan Pendapatan di Piala Dunia 2022 untuk Negara Sendiri. Penyerang Bayern Muenchen asal Polandia, Robert Lewandowski, melakukan selebrasi usai mencetak gol
AssalamualaikumWarahmatullahi Wabarakatuh,HALLO SAHABAT AYU MUJANI DI MANAPUN KALIAN BERADA,INI ADALAH VIDEO TERBARU DI CHANNEL AKU LOHPENASARANKAN SI
Semuaorang pasti ingin sukses, baik di dunia maupun di akhirat. Tapi, gimana sih supaya sukses? Ini nih yang kudu dimengerti. Ternyata untuk bisa meraih kesuksesan itu mudah kok. Cuma ada dua kata kunci. Apa itu? Pertama, menjaga hati. Wah pasti pada bertanya kok bisa sih menjaga hati bikin sukses dunia akhirat? Terus, pasti pada kepo juga
Semuanyapergi, semuanya meninggalkan kita. Semuanya tak akan ada yang mampu menolong dan menyelamatkan kehidupan kita selanjutnya pasca masuk melalui pintu kematian. Jadi letakkanlah dunia di tanganmu jangan di hatimu. Dunia yang ada di dalam genggaman tangan, akan menjadikan kita tidak terjebak pada sikap terlalu mencintai dunia.
Barangsiapayang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina." TAKHRIJ HADITS Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72-Mawâriduzh Zham'ân
YKBK4f.
Terkadang hati dan iman kita sedang lemah, kita bisa jadi timbul rasa iri, mereka bisa segera meraih kenikmatan dunia, sedangkan kita terkadang sibuk denganmenuntut ilmu dan dakwah sehingga dunia tidak banyak kita dapat. Maka kita ajaklah mereka berlomba-lomba dengan akhirat misalnya -ketika mendengar teman sudah bisa punya rumah dengan membayar KPR maka kita katakan, kita juga sedang membangun rumah disurga dengan memakmurkan masjid dan amalan lainnya. -ketika mendengar anak tetangga lancar les bahasa inggris, maka kita katakan, anak kita sudah lancar bahasa Arab . -ketika mendengar teman sudah kulias S2 atau S3 di Amerika dan Eropa maka kita katakan, saya sudah menghapal sekian juz Al-Quran dan berpuluh-puluh hadits. Al Hasan Al Bashri mengatakan, إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة “Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.” Wahib bin Al Warid mengatakan, إن استطعت أن لا يسبقك إلى الله أحد فافعل “Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridha Allah, lakukanlah.” Sebagian salaf mengatakan, لو أن رجلا سمع بأحد أطوع لله منه كان ينبغي له أن يحزنه ذلك “Seandainya seseorang mendengar ada orang lain yang lebih taat pada Allah dari dirinya, sudah selayaknya dia sedih karena dia telah diungguli dalam perkara ketaatan.”[1] Jangan sering melihat kenikmatan orang lain dan lupa nikmat sendiri Janganlah kita sebagaimana orang yang melihat bagaimana kemegahan Qarun dan ingin menjadi seperti Qarun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ “Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia “Moga-moga kiranya kita ini mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Al-Qashash 79 Inilah perkatan orang-orang yang cenderung terhadap dunia saja. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, فلما رآه من يريد الحياة الدنيا ويميل إلى زخرفها وزينتها، تمنوا أن لو كان لهم مثل الذي أعطي “Tatkala qorun dilihat oleh mereka yang mengingikan kehidupan dunia dan cenderung kepada gemerlap dan perhiasannya maka mereka berangan-angan seandainya mereka sebagaimana Qarun diberi kenikmatan.”[2] Dan kita diperintahkan agar jangan terlalu silau dan terpana dengan kenikmatan orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Rabb-mu adalah lebih baik dan lebih kekal. “ Thaha 131 Melihat kenikmatan orang lain dan membanding-bandingkan dengan kita hanyalah membawa kesedihan dan menambah duka saja. Al-Baghawi rahimahullah berkata, قال أبي بن كعب من لم يعتز بعز الله تقطعت نفسه حسرات، ومن يتبع بصره فيما في أيدي الناس طال حزنه “Berkata Ubay bin Ka’ab Barangsiapa yang tidak merasa mulia dengan kemulian dari Allah akanmemutuskan dirinya sendiri dalam kerugian. Barangsiapa yang mengikuti pandangannya terhadap apa yang ada ditangan manusia maka akan semakin bertambah kesedihannya.”[3] NOTE bukan berarti kita tidak boleh mengejar dunia, tapi kejar dunia untuk orientasi dan tujuan akhirat “Dunia di genggaman, akhirat tetap di hati” Gedung Radiopoetro, FK UGM, Yogyakarta Tercinta Penyusun Raehanul Bahraen Artikel silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan follow twitter [1] Latha’if Al-Ma’arif Ibnu Rajab, hal. 244, Dar Ibnu Hazm, cet. I, 1424 H, syamilah [2] Tafsir Ibnu Katsir 6/255, Dar Thayyibah, cet. II, 1420 H, syamilah [3] Tafsir Al-Baghawi 3/281, Dar Ihya’ At-Turats, Beirut, cet. I, 1420 H, syamilah
NAFSIYAH — Sahabat Rasulullah saw., Utsman bin Affan ra. pernah berkata, “Risau menghadapi dunia merupakan kegelapan di dalam hati, sedangkan risau dengan akhirat adalah cahaya bagi hati.” Hal ini dimaksudkan bahwa seseorang akan mulia jika tidak melanggar tuntutan Allah SWT dan seorang yang bijaksana tidak mengutamakan kehidupan dunia dengan mengesampingkan akhirat. Maka, janganlah tertipu dengan angan-angan yang panjang, menyibukkan diri dengan dunia hingga melupakan akhirat. Tenggelam dalam kelalaian atas perintah Allah SWT, padahal ajal semakin dekat. Bersabarlah atas segala ujian di dunia, karena Allah akan mengganjar kesabaran dengan pahala dan surga. Nabi saw. juga bersabda, “Barang siapa di pagi harinya terus mengeluh tentang kesulitan hidupnya, maka seakan-akan ia mengeluh kepada Tuhannya. Barang siapa yang pagi harinya sudah merasa sedih terhadap urusan dunia yang menimpanya berarti sejak pagi ia sudah membenci Allah, tidak sabar dengan takdir Allah. Barang siapa tunduk dan hormat kepada orang kaya disebabkan kekayaannya maka hilanglah dua pertiga agamanya.” Ali bin Abi Thalib pun pernah mengatakan, “Sesungguhnya di antara kenikmatan yang ada di dunia ini, maka cukup bagimu Islam sebagai suatu kenikmatan. Sesungguhnya di antara kesibukan-kesibukan yang ada, maka cukup bagimu kesibukan untuk berbuat taat. Sesungguhnya di antara peringatan, maka cukup bagimu mati sebagai peringatan.” Menjadi Kekasih Allah SWT Nabi Ibrahim as. pernah ditanya, apakah yang menyebabkan engkau dijadikan kekasih oleh Allah SWT? Nabi Ibrahim menjawab, “Karena tiga hal, yaitu, aku lebih mementingkan urusan Allah daripada urusan yang lain, aku tidak merasa risau kepada jaminan Allah kepadaku, dan aku tidak pernah makan malam dan makan pagi kecuali bersama tamu.” Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki Bani Israil mengumpulkan delapan puluh peti berisi buku-buku keagamaan, namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Maka, Allah mewahyukan kepada Nabi mereka ketika itu, supaya berkata kepada pengumpul ilmu itu, “Andaikan engkau mengumpulkan ilmu tersebut lebih banyak lagi, tentu tidak akan bermanfaat bagimu, kecuali jika engkau bisa melakukan tiga hal. Janganlah engkau mencintai dunia, karena dunia bukan tempat kesenangan orang mukmin. Janganlah engkau bergaul dengan setan karena setan bukanlah temannya orang mukmin. Janganlah engkau menyakiti seseorang, karena itu bukan perbuatan mukmin.” Menjadi pengingat bagi setiap muslim, barang siapa yang beramal semata-mata untuk bekal di akhirat, Allah akan mencukupkan urusan agama dan dunianya. Barang siapa yang niat hati nuraninya baik, Allah akan membuat baik lahiriahnya. Barang siapa memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Yahya bin Mu’adz Arrazi berkata, “Berbahagialah orang yang meninggalkan dunia menginfakkan hartanya sebelum dunia meninggalkannya, membangun kuburnya memperbanyak amal sebelum memasukinya. Rida kepada Rabb-nya melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya sebelum bertemu dengan-Nya.” Sungguh kita berharap pada Allah SWT agar memberikan ketenangan pada hati kita, tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sibuk merisaukan dunia namun tak menghiraukan akhiratnya. Padahal tempat yang kekal bagi setiap manusia setelah tiada ialah akhirat. [MNews/Rnd] Facebook Notice for EU! You need to login to view and post FB Comments!
Oleh M. Rasyid Nur ADA pesan Imam Syafii, ulama terkenal, satu di antara empat mazhab agama Islam yang ada. Dia berpesan begini, "Jadikanlah akhirat di hatimu, dunia di tanganmu dan kematian di pelupuk matamu." Subhanallah. Akhirat, dunia dan kematian, tiga hal yang diingatkannya dalam satu kali pesan. Ketiga hal itu pasti akan ada dan diyakini akan ditemui oleh setiap manusia beriman. Tidak ada diantara kita yang -beriman- tak yakin akan kedatangan ketiga hal itu. Jadikan akhirat di hati, artinya keyakinan akan kehidupan abadi di akhirat hendaklah ada senantiasa di hati kita. Tidak cukup di pikiran dan perasaan saja. Lalu, jadikan dunia di tanganmu, artinya urusan dunia sebagai jembatan ke akhirat itu hendaklah berada di tangan. Maksudnya itulah yang saat ini dikerjakan. Sementara kematian yang setiap orang tidak akan pernah tahu kapan datangnya haruslah diletakkan di pelupuk mata. Artinya kematian itu diyakini begitu dekatnya dengan kita. Jangan sampai lalai karena tidak tahunya tanggal dan hari kematian. Jika dia serasa berada di pelupuk mata, artinya kita persis dalam posisi begitu dekat. Bisa hanya sekerdip mata saja datangnya. Jika akhirat sudah bersemayam di hati maka setiap tindak-tanduk yang dilakukan sebagai aplikasi kehidupan di dunia ini akan selalu terkaitkan dengan akhirat itu. Karena akhirat adalah hari pembalasan atas apa yang dilakukan di dunia, maka kita tidak ingin pembalasan itu berupa azab dikarenakan tindak-tanduk kita yang melawan ketaatan. Dapat dipastikan, jika semangat akhirat sudah tersimpan dengan baik di hati kita otomatis kehidupan dunia kita pun aka menjadi baik. Akan halnya nasihat kematian yang akan menimpa semua makhluk hidup seperti kita kapan dan dimanapun jua, sudah tepatlah jika dia seolah diletakkan di atas pelupuk mata. Artinya setiap kerdip mata, setiap seepat itu manusia bisa saja mengalami kematian. Jangan bayangkan kematian itu akan datang per tahun atau per bulan. Bahkan jarak per jam dan per detik pun itu terlalu lama. Karena ternyata setiap kerdip mata bisa saja kematian menimpa kita. Makanya, dikatakan, letakkan kematian di pelupuk mata. Hidup sesudah mati itulah sesungguhnya titik akhir yang akan menjadi tujuan semua orang. Dunia dan kehidupan yang ada di dalamnya adalah prosesi perjalanan dari semua perbuatan yang hasil balasan akan diterima nanti. Orang beriman akan tetap berperinsip bahwa sekarang -di dunia- bekerja dan nanti -di akhirat- menerima hasilnya.*** Tulisan yang sama di SHARE THIS Author M. Rasyid Nur M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS 2017 dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan Facebook Comment
Saudaraku, kita perlu sadari dan selalu ingat bahwa dunia ini hanya sementara saja. Hendaknya kita sadar bahwa dunia yang kita cari dengan susah payah ini tidak akan bisa kita bawa menuju kampung abadi kita yaitu kampung Sammak Muhammad bin Shubaih rahimahullah berkata,هب الدنيا في يديك ، ومثلها ضم إليك ، وهب المشرق والمغرب يجيء إليك ، فإذا جاءك الموت ، فماذا في يديك“Anggaplah dunia ada di genggaman tanganmu dan ditambahkan yang semisalnya. Anggaplah perbendaharaan timur dan barat datang kepadamu, akan tetapi jika kematian datang, apa gunanya yang ada di genggamanmu?” Siyarul A’lam An-Nubala 8/330Banyak sekali ayat dalam Al-Quran yang mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara saja. Janganlah kita lalai dan tertipu seolah-olah akan hidup di dunia selamanya dengan mengumpulkan dan menumpuk harta yang sangat banyak sehingga melalaikan kehidupan akhirat Ta’ala berfirman,إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ“Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan pula penipu syaitan memperdayakan kamu dalam mentaati Allah.” Luqmaan 33Allah juga berfirman,ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” Ali Imran 185Allah juga berfirman,اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” Al Hadid 20Jika direnungi, ternyata harta kita yang sesungguhnya hanya tiga saja. Selain itu, bukan lah harta kita, walaupun hakikatnya itu adalah milik kita di dunia, karena MAYORITAS harta sejatinya hanya kita tumpuk saja dan bisa jadi BUKAN kita yang menikmati, hanya sekedar dimiliki saja atau KOLEKSI harta sejati yang kita nikmati, itupun menikmati sementara saja yaitu1. Makanan yang kita makanMakanan yang di kulkas belum tentu kita yang menikmati semua. Makanan yang di gudang belum tentu kita yang menikmati semua. Uang yang kita simpan untuk beli makanan belum tentu kita yang menikmati. Ketika menikmati makanan pun ini hanya sesaat dari keseharian kita, hanya melewati lidah dan kerongkongan sebentar saja2. Pakaian yang kita pakaiTermasuk sarana yang kita pakai seperti sepatu, kendaraan serta rumah kita. Ini yang kita nikmati. Akan tetapi inipun sementara saja karena pakaian bisa usang sedangkan rumah akan diwariskan3. SedekahIni adalah harta kita yang sebenarnya, sangat berguna di akkhirat kelak. Inipun berlalu sebentar dari genggaman kita di duniaSelebihnya harta yang kita tumpul hakikatnya bukan harta kita, kita tidak menikmatinya atau hanya menikmati sesaat saja. Misalnya menumpuk harta -Rumah ada dua atau tiga, yang kita nikmati utamanya hanya satu rumah saja -Uang tabungan di bank beratus-ratus juta atau miliyaran, yang kita nikmati hanya sedikit saja selebihnya kita hanya kita simpan -Punya kebun yang luas, punya toko yang besar, hanya kita nikmati sesaat sajaInilah yang dimaksud hadits, harta sejati hanya tigaRasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ – ﻗَﺎﻝَ – ﻭَﻫَﻞْ ﻟَﻚَ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻠْﺖَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺴْﺖَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﺗَﺼَﺪَّﻗْﺖَ ﻓَﺄَﻣْﻀَﻴْﺖَ“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja? ” HR. Muslim no. 2958Riwayat yang lain,ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻰ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺲَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻰ ﺃَﻭْ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓَﺎﻗْﺘَﻨَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﺳِﻮَﻯ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻬُﻮَ ﺫَﺍﻫِﺐٌ ﻭَﺗَﺎﺭِﻛُﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” HR. Muslim no. 2959Dunia memang kita butuhkan dan tidak terlalrang kita mencari harta dan dunia akan tetapi harus kita tujukan untuk orientasi semoga bermanfaat Yogyakarta TercintaPenyusun Raehanul BahraenArtikel
dunia di genggaman akhirat di hati